Tanda-tanda ajal mendekat
Ada seorang hamba yang begitu taat kepada tuhan. Sebut saja namanya Fulan. Fulan sangat rajin beribadah. Pendeknya, Fulan ini tidak pernah lalai sekalipun kepada Allah SWT.
Suatu hari, ada yang bertamu ke rumah Fulan. Betapa kaget Fulan ketika mengetahui siapa gerangan yang datang bertamu. Tamu itu ternyata Izrail, malaikat pencabut nyawa. Terjadilan tanya jawab antara Fulan dengan tamunya.
"Wahai sahabatku, Izrail! Apakah perihal kedatanganmu kemari adalah atas perintah Tuhan untuk mencabut nyawaku, ataukah cuma kunjungan biasa saja ?"
"Ya, Fulan sahabatku! kedatanganku kali ini tidak dalam rangka menjemput nyawamu, kedatanganku ini cuma kunjungan biasa saja. Kunjungan seorang sahabat kepada sahabatnya!"
Mendengar penjelasan Izrail, maka seketika bersinarlah wajah Fulan saking gembiranya. Mereka lalu bercakap-cakap sampai tiba saatnya Izrail pamit.
"Wahai sahabatku, Izrail! sebagai tanda persahabatan kita, aku ada harapan kepadamu, kiranya engkau tidak keberatan untuk mengabulkannya" Gerangan apakah permohonan itu, hai Fulan sahabatku ?".
"Begini, ya Izrail. Jika nanti kau datang lagi kepadaku dengan maksud untuk mencabut nyawaku, maka mohon kiranya engakau mau mengirimkan seseorang utusan kepadaku terlebih dahulu. jika demikian maka aku ada waktu untuk bersiap-siap menyambut kedatanganmu".
"Oh Begitu? Hai Fulan, kalau cuma itu, permohonan aku kabulkan. aku berjanji akan mengirim utusan itu kepadamu". Gembiralah Fulan menerima janji Izrail. Rupanya Izrail berbaik hati mau mengabulkan harapanku, demikian pikir Fulan.
Demikian kisahnya, waktupun berjalan. Tahun berganti tahun. Tak terasa bahwa pertemuan Fulan dengan Izrail telah sekian lama berlalu. Kehidupan berlangsung terus sampai suatu ketika Fulan kaget sekali. Tak disangka-sangka sebelumnya Izrail muncul dirumahnya.
Fulan merasa bahwa kedatangan Izrail ini begitu mendadak, padahal telah ada komitment janji Izrail kepadanya.
"Wahai, Izrail sahabatku! Mengapa engkau tak mengirimkan utusanmu kepadaku? Mengapa engkau ingkar janji?"
Dengan tersenyum Izrail menjawab, "Wahai Fulan, sahabatku! Sesungguhnya aku sudah mengirimkan utusanku itu kepadamu, cuma kamu sendiri yang mungkin tidak menyadarinya. Coba perhatikan punggungmu, dulu ia tegak perkasa, sekarang gemeteran dengan ditopang tongkat. Perhatikan penglihatanmu, dulu ia bersinar sehingga orang luluh kena sorotannya tetapi sekarang kabur dan lemah. Ya, Fulan bukankah pikiranmu sekarang mudah putus asa padahal ia dulu begitu enerjik dan penuh berbagai harapan ? Tempo hari kamu cuma menginginkan seseorang utusan saja dariku, tetapi aku telah mengirimkan begitu banyak utusanku kepadamu!" karena merasa belom siap, si Fulan berkata, "Wahai Malaikat sahabatku, mengapa engkau tidak bilang bahwa itu adalah utusanmu ? kalau begitu, bagaimana jika ajalku engkau akhirkan beberapa waktu, supaya aku bisa menyelesaikan urusan-urusanku yang belom selesai ?"
Kemudian malaikat membaca ayat: "Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." (Qs. Al-Manafiqun : 11)
Suatu hari, ada yang bertamu ke rumah Fulan. Betapa kaget Fulan ketika mengetahui siapa gerangan yang datang bertamu. Tamu itu ternyata Izrail, malaikat pencabut nyawa. Terjadilan tanya jawab antara Fulan dengan tamunya.
"Wahai sahabatku, Izrail! Apakah perihal kedatanganmu kemari adalah atas perintah Tuhan untuk mencabut nyawaku, ataukah cuma kunjungan biasa saja ?"
"Ya, Fulan sahabatku! kedatanganku kali ini tidak dalam rangka menjemput nyawamu, kedatanganku ini cuma kunjungan biasa saja. Kunjungan seorang sahabat kepada sahabatnya!"
Mendengar penjelasan Izrail, maka seketika bersinarlah wajah Fulan saking gembiranya. Mereka lalu bercakap-cakap sampai tiba saatnya Izrail pamit.
"Wahai sahabatku, Izrail! sebagai tanda persahabatan kita, aku ada harapan kepadamu, kiranya engkau tidak keberatan untuk mengabulkannya" Gerangan apakah permohonan itu, hai Fulan sahabatku ?".
"Begini, ya Izrail. Jika nanti kau datang lagi kepadaku dengan maksud untuk mencabut nyawaku, maka mohon kiranya engakau mau mengirimkan seseorang utusan kepadaku terlebih dahulu. jika demikian maka aku ada waktu untuk bersiap-siap menyambut kedatanganmu".
"Oh Begitu? Hai Fulan, kalau cuma itu, permohonan aku kabulkan. aku berjanji akan mengirim utusan itu kepadamu". Gembiralah Fulan menerima janji Izrail. Rupanya Izrail berbaik hati mau mengabulkan harapanku, demikian pikir Fulan.
Demikian kisahnya, waktupun berjalan. Tahun berganti tahun. Tak terasa bahwa pertemuan Fulan dengan Izrail telah sekian lama berlalu. Kehidupan berlangsung terus sampai suatu ketika Fulan kaget sekali. Tak disangka-sangka sebelumnya Izrail muncul dirumahnya.
Fulan merasa bahwa kedatangan Izrail ini begitu mendadak, padahal telah ada komitment janji Izrail kepadanya.
"Wahai, Izrail sahabatku! Mengapa engkau tak mengirimkan utusanmu kepadaku? Mengapa engkau ingkar janji?"
Dengan tersenyum Izrail menjawab, "Wahai Fulan, sahabatku! Sesungguhnya aku sudah mengirimkan utusanku itu kepadamu, cuma kamu sendiri yang mungkin tidak menyadarinya. Coba perhatikan punggungmu, dulu ia tegak perkasa, sekarang gemeteran dengan ditopang tongkat. Perhatikan penglihatanmu, dulu ia bersinar sehingga orang luluh kena sorotannya tetapi sekarang kabur dan lemah. Ya, Fulan bukankah pikiranmu sekarang mudah putus asa padahal ia dulu begitu enerjik dan penuh berbagai harapan ? Tempo hari kamu cuma menginginkan seseorang utusan saja dariku, tetapi aku telah mengirimkan begitu banyak utusanku kepadamu!" karena merasa belom siap, si Fulan berkata, "Wahai Malaikat sahabatku, mengapa engkau tidak bilang bahwa itu adalah utusanmu ? kalau begitu, bagaimana jika ajalku engkau akhirkan beberapa waktu, supaya aku bisa menyelesaikan urusan-urusanku yang belom selesai ?"
Kemudian malaikat membaca ayat: "Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." (Qs. Al-Manafiqun : 11)
0 komentar:
Posting Komentar